SEDIKIT PEMBICARAAN
TENTANG PERPUSTAKAAN UNTUK RAKYAT
Dengan,
Moderator :
Anis Masruri
Narasumber 1 :
Afia Rosdiana, M.Pd
Narasumber 2 :
Ratih Rahmawati
Narasumber 3 :
Blasius Sudarsono,MLIS
Narasumber
1(Afia Rosdiana,M.Pd)
Sejak kecil Ibu Afia selalu
diajak ayahnya ke perpustakaan setiap hari sabtu untuk membaca buku. Sewaktu
beliau sekolah di Chines school, gurunya mengajak beliau ke perpustakaan dan
diajak untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan. Tahun 2006 ibu Afia pindah
ke Indonesia dan hal yang pertama kali dicari adalah perpustakaan, dan ternyata
perpustakaan hanya ada dipojokkan SD dekat rumah beliau.
Beliau tertarik sekali
dengan buku untuk rakyat. Banyak orang yang mengatakan bahwa TBM (Taman Baca
Masyarakat) itu beda dengan perpustakaan. Apakah benar demikian ?
Pada tahun 2009 beliau
ditugasi di perpustakaan kota, sangat disayangkan banyak buku bahan bacaan di
perustakaan lebih kepada teori tentang perpustakaan, bagaimana klasifikasi,
katalogisasi, dan lain sebagainya. Di tahun 2009 juga disebutkan bahwa
seolah-olah orang-orang tidak boleh menyebut TBM tapi harus menyebutnya dengan
perpustakaan masyarakat. Karena TBM itu milik depdiknas, TBM juga berkembang
dan induknya dari kementrian nasional. Tapi dari keduanya yaitu TBM dan Perpustakaan
Masyarakat mempunyai tujuan yang sama yaitu mengembangkan literasi masyarakat.
197 TBM di Jogja pernah ditawari mau memakai
nama perpustakaan atau TBM? Akhirnya diambillah nama TBM karena bantuan dari
Dinas Pendidikan lebih banyak. Perpustakaan masyarakat atau TBM mempunyai ruh
yang sama yaitu mengembangkan minat baca. Dari 240 TBM, hampir 30% sudah “koma”
atau tidak mati dan tidak hidup. Tapi pada kenyataannya menurut ibu Afia TBM
dengan Perpustakaan Masyarakat itu sama.
Pada Dialog kedua di
buku Perpustakaan Untuk Rakyat, Pak Blasius dan Mbak Ratih membicarakan
perpustakaan dan kepustakawanan. Bu Afi mengaitkan dengan anekdot Gus Dur
tentang banteng. Anekdot tersebut mempunyai pemahaman bahwa banteng yang sangat
galak kalah dengan kegalakan Bill Clinton, terkait dengan perkataan Bill
Clinton “kalau kamu ngeyel tidak mau minggir, saya titipin di perpustakaan”.
Senyeramkankah sebuah perpustakaan sehingga membuat banteng itu takut. Hal
tersebut terkait dengan orang-orang yang “dibuang” di perpustakaan. Jadi, semua
itu tergantung dengan persepsi kita masing-masing.
Dari dalam dialog 2 itu
yang membicarakan tentang perpustakaan dan kepustakawanan yang menyebutkan
tentang:
°
Pustakawan itu hanya mengurusi buku
°
Susah dikatakan bahwa perpustakaan itu
harus dinamis, untuk itu dengan diadakannya buku untuk mengubah paradigma
masyarakat awam
Pustakawan hanya
dipandang sebelah mata, untuk itu diperlukan jiwa pustakawan secara formal juga
pustakawan. Perpustakaan bertujuan untuk mendekatkan masyarakat ke masyarakat,
sekaligusberimbas baik untuk perpustakaan kota. Cara perpustakaan kota tidak
langsung mengajak anak-anak untuk baca buku, tapi mengajak untuk mengajak apa
itu sebenarnya.
Narasumber
2 (Ratih Rahmawati)
Mbak Ratih mengatakan
bahwa hal yang sulit adalah bagaimana berkolaborasi dengan pak Blasius
karenakeduanya berbeda generasi. Untuk lebih jauh bagaimananya Mbak Ratih
berharap mahasiswa lebih aktif untuk bertanya.
Pada kesempatan ini,
mbak Ratih mengatakan bahwa yang tertulis itu bukan kontennya tapi bagaimana
berkolaborasi antara generasi yang masih banyak galaunya dengan bapak Blasius
yang sudah mempunyai jam terbang tinggi. Untuk artikel yang ditulis oleh mbak Ratih mengenai
perpustakaan yang ada di Jogja dan Sleman, beliau mengatakan bahwa itu hanya
urusan tentang kebijakan.
Narasumber
3 (Blasius Sudarsono,MLIS)
Pak Blasius mengatakan
bahwa pada awalnya pustakawan itu jarang menulis. Beliau pernah mengalami juga
untuk diminta mengajari di UI tahun 1981, di tahun 1989 beliau terbang ke
Amerika dan saat itu adalah masa-masa penentuan bagi beliau. Pada tahun 1996
beliau sudah mengajar di program S2.
Setiap tahun tidak
pernah ada yang merespon ajakan beliau untuk menulis. Tahun 2012 beliau menulis
dengan Ratih untuk berkolaborasi dengan
beliau. Pak Blasius mengatakan, bagaimana menyesuaikan pola pikir dua orang
memang tidak mudah. Bukan masalah instansinya tetapi lebih kepada persepsi dua
generasi yang mempunyai selisih umur 40 tahun lebih.
Untuk itu perlu
mengajak manusia pustakawan baru, karena
bagaimana bisa mengajak yang masih muda. Obsesinya masyarakat bicara tentang
pustakawan adalah orang yang berpengetahuan, yang kita lahirkan dari
sekolah-sekolah perpustakaan yang melayani adalah petugas perpustakaan.
Di dalam buku yang
dikarang dengan mbak Ratih, menyebutkan bahwa perpustakaan adalah pustakawannya
yang mempunyai berlatar belakang perpustakaan pustakawan, tidak hanya berpendidikan
tapi mempunyai jiwa pustakawan.
Untuk mengenai TBM,
mempunyai tujuan yang sama dengan kemerdekaan, yaitu:
°
Kesejahteraan umum
Maksudnya
yaitu kewajiban kita untuk mensejahterakan hidup kita sendiri.
°
Kecerdasan bangsa
Maksudnya
adalah mencerdaskan hidup pribadi juga, yang tujuannya adalah tujuan bangsa
ini.
Sehingga TBM itu bukan tujuan akhir, namun hanya
antaran. Kalau diantaran saja sudah bertengkar, bagaimana tujuan akhir tersebut
akan tercapai?. Sayangnya, pembukaan UUD 1945 tidak secepatnya diinternalisasikan
kepada bangsa Indonesia.
Pustakawan yang memiliki kepustakawanan, pilar
kepustakawanan adalah:
1.
Pada dasarnya kepustakawanan adalah
panggilan hidup.
2.
Kepustakawanan adalah spirit of life.
3.
Kepustakawanan adalah karya pelayanan
4.
Kepustakawanan dilakukan dengan
profesional
Untuk menjadi
pustakawan itu harus ada kemampuan(jika tidak mau -> lalu selesai) dan juga
kemauan (memotivasi yang mau). Dan berikut adalah beberapa kemampuan dari
pustakawan:
°
Bahwa pustakawan itu harus diajak
berfikir kritis
°
Membaca
Yaitu membaca dunia.
°
Menulis
Wujud syukur dari Tuhan Yang aha
Esa, untuk itu perlu menulisnya.
°
Interprener, pustakawan itu tidak
dihargai secara financial. Perpustakaan adalah akumulasi dari recording culture.
Membahas tentang TBM itu sudah menjadi pro kontra di rakyat Indonesia
erdasarkan kemampuan ekonomi, sosial.
°
Etika
Hampir semua profesi mempunyai ini.
Masalah etika perlu juga diajarkan, karena etika dalam bentuk moral.
Pustakawan
itu jangan miskin, pustakawan itu harus cerdas. Kalau yang cerdas yang benar!
misal seorang pustakawan itu kaya, apakah akan berbagi kepada mereka yang
miskin? 3 pendekatan:
°
Soft site
°
Kemampuan
°
Pustakawan ideal
Pemahaman tentang sistem yang harus diperbaiki:
1.
Pendekatan sistem
2.
Fungsi ruang dan waktu
3.
Bilangan tiga
Nah
itu sedikit hasil tulisan saya tentang ringkasan pembahasan perpustakaan untuk
raknyat, semoga bisa menambah pengetahuan saudara semua.
*Ni'mah Romadhiana*